Sunday, February 26, 2017

POTENSI MANUSIA DAN ALAM RAYA


  • Potensi Dasar Manusia

Allah menciptakan manusia dengan pernyataan di atas dan apa yang tidak diberikan kepada orang lain. Minuman yang besar dan Allah potensi dasar yang disertakan, potensi internal (dalam diri) dan potensi eksternal (termasuk untuk calon putri). Potensi ini adalah modal utama bagi seseorang untuk memikul tugas dan tanggung jawab. Jadi dia harus diproses oleh langit dan bumi, sehingga dia bisa menunaikan tugas dan tanggung jawab.

        1. Potensi Internal

  • Adalah potensi yang menyatu dalam diri manusia, yang terdiri dari:
    A. Calon Fitriyah.
    Manusia telah diberikan potensi fitriyah. Alam adalah arti dari al-Islam. Seperti yang kita dapatkan dalam ayat dan hadits di bawah ini:
    Ar-Ruum:030
    Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus. (tetaplah) Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. Ini adalah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
    Tidak ada kekuatan untuk mengatakan:
    Jadi, manusia telah dilampirkan ke (menyatu) SATU DINNULLAH POTENSIAL). Jika ia menggunakan potensinya ini, dia akan selalu berjalan di jalan yang lurus. Karena dia memiliki anak sejak dalam kandungan (Roh).
    Al-a ' raaf:172
    Dan (ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan Adam dan keesaan-nya. (mereka mengatakan): " Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab, " ya, kembali ". kami, yang kami lakukan adalah bahwa di Pada hari kiamat kamu tidak mengata-kan, "Sesungguhnya Kami ( Bani Adam ) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini ( Keesaan Tuhan )",

    B. Calon ruhiyah
    Ada potensial dilekatkan pada hati nurani untuk membedakan dan memilih jalan yang benar dan yang bathil, jalan menuju ketaqwaan dan jalan menuju kesesatan. Allah berfirman:
    Asy-Syams:007
    Dan jiwa serta penyempurnaannya (Ciptaannya itu
    Asy-Syams:008
    Jadi terinspirasi dan kebenaran yang nyata.
    Di jantung setiap manusia telah tertanam potensi yang dapat menentukan jalan (yang benar) dan kejahatan (kesalahan). Kemampuan ini, yaitu: Nabi-Nabi Tuhan
    Hadits ini menunjukkan bahwa ini adalah potensi untuk kehidupan manusia.

    C. Potensi Aqliyah
    Potensi Aqliyah terdiri dari panca indra dan berakal (Sam 'a, basar, FU' ad). Dengan potensi ini, orang dapat membuktikan dengan sumber daya dan ilmiah tentang "Power" Allah. Dan dengan potensi ini dia bisa belajar dan memahami semua hal yang bisa berguna untuk orang yang tentu saja harus disetujui dan hal-hal yang membahayakan dan tentu saja harus dhindarkan. Allah berfirman:
    An-Nahl:078
    Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu ketika kamu tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
    Ini adalah potensi yang akan pertanggunganjawabnya. Dalam hal ini ia berkata:
    Al-Israa`:036
    Dan Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawab.
    Orang yang tidak mengambil potensi, ia sudah menghabiskan ekstra dan apa yang Allah berikan. Jadi dia tidak layak fadhal di sisi Allah, tapi dia adalah sama dengan binatang ternak rendah, dan bahkan lebih hina lagi. Allah berfirman:
    Al-a ' raaf:179
    Dan kami jadikan ke (Neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka memiliki mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda (dari Allah), dan mereka telah Telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). Mereka adalah orang-orang yang lalai.

    D. Calon jasmaniyah
    Adalah kemampuan tubuh manusia yang telah diciptakan oleh Allah sempurna, kekuatan, dan kemampuan. Sebagai Firman Allah:
    At-Tiin:004
    Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
    At-Taghaabun:003
    Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak. Dan dia dibaguskannya dirancang dan kepada Allahlah kembali (mu).
    Ini adalah calon jasmaniyah basthoh fil khalqi (fil jism). Modal utama untuk melakanakan pada hari senin.

    2. Calon eksternal

    Dari potensi internal melekat erat dalam diri manusia, kami juga menyertakan potensi eksternal sebagai direktur dan pelatih potensi internal untuk berjalan sesuai dengan kehendak-nya. Tanpa arah potensi eksternal, tapi potensi internal tidak akan hasil yang diharapkan.


    A. Calon Huda
    Petunjuk adalah petunjuk Allah yang menambahkan nilai kebenaran yang diturunkan Allah kepada Rasul-nya untuk membimbing manusia ke jalan yang lurus. Allah SWT berfirman:
    Al-Insaan:003
    Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
    Al-Baqarah:038
    Kami berfirman: "turunlah kamu semuanya dari sini ; datang kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-ku, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak ( pula ) mereka bersedih hati".

    B. Potensi Alam
    Alam Semesta adalah potensi luar kedua untuk membawa umat manusia itu. Setiap sisi alam semesta ini adalah ayat-ayat Allah yang dengannya manusia dapat mencapai kebenaran. Allah berfirman:
    Ali-' Imraan:190
    Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
    Ali-' Imraan:191
    Orang-orang yang mengingat allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): " ya tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari Siksa Neraka.
    Al-Baqarah:021
    Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
    Al-Baqarah:022
    Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu Allah, padahal kamu mengetahui.



    • Manusia Dan Fenomena Alam Raya Bersujud Bersama

        Sebagai manusia yang berakal dan beriman sudah menjadi kewajiban untuk senantiasa melaksanakan perintah-perintah Allah swt,. dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sebagai Sang Khaliq, Allah swt., juga menciptakan alam raya untuk tempat tinggal manusia serta memerintahkannya untuk menjaga dan mengelola alam raya ini agar supaya tetap terjaga keseimbangannya.

        Seperti halnya manusia yang sama menjadi ciptaan-Nya, yang dibekali akal pikiran, tentu manusia ingin keseimbangan dalam diri dan hidupnya bisa tetap terjaga. Karena jika tidak ia akan mengalami beberapa masalah. Mulai dari maslah kecil sampai masalah besar. Begitu juga dengan alam raya ini, mereka hanyalah diperintahkan untuk patuh pada Allah swt.,
    Lalu apa hubungan itu semua dengan relaksasi?,. Jika manusia membutuhkan relaksasi atau katakanlah butuh pengenduran atau atau pemanjangan otot, supaya badannya menjadi segar dan bugar kembali, bisa jadi fenomena alam yang di luar jangkauan manusia ini, adalah sebagai sebuah bentuk relaksasi alam, tentunya atas wahyu Allah swt.

    Seperti yang dijelaskan dalam QS. Al-Zalzalah ayat 1-6 berikut ini:
    إِذَا زُلۡزِلَتِ ٱلۡأَرۡضُ زِلۡزَالَهَا ١ وَأَخۡرَجَتِ ٱلۡأَرۡضُ أَثۡقَالَهَا ٢ وَقَالَ ٱلۡإِنسَٰنُ مَا لَهَا ٣ يَوۡمَئِذٖ تُحَدِّثُ أَخۡبَارَهَا ٤ بِأَنَّ رَبَّكَ أَوۡحَىٰ لَهَا ٥ يَوۡمَئِذٖ يَصۡدُرُ ٱلنَّاسُ أَشۡتَاتٗا لِّيُرَوۡاْ أَعۡمَٰلَهُمۡ ٦

    Artinya:
    “Jika bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat)., Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya,. Dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, Pada hari itu bumi menceritakan kabar beritanya. Karena sesungguhnya Tuhanmu telah ‘mewahyukan’ (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, agar diperlihatkan kepada mereka semua (amalan-amalan) yang telah mereka perbuat.”

     Pesan Allah Kepada Manusia via Alam Raya
        Surat ini menggambarkan keadaan di akhir zaman (Hari Kiamat) kelak, yang menggambarkan betapa parahnya keadaan alam raya yang kita tinggali ini. Meski demikian, bagi orang-orang yang berakal dan menggunakan pikirannya dengan baik pastilah bisa mengambil pelajaran mengenai surat tersebut.
    Jika surat tersebut sudah diturunkan beberapa abad silam tentu ini menjadi sebuah peringatan bagi kita semua yang hidup di zaman sekarang. Artinya, surat ini masih berhubungan dengan kejadian saat ini atau saat datangnya Kiamat kelak. Banyak fenomena alam yang begitu dahsyat seperti gambaran surat di atas, namun yang demikian itu tentuhanya di belahan bumi atau di bagian negara tertentu saja.
    Fenomena alam yang digambarkan di atas, juga masih terjadi saat ini baik itu berupa gempa bumi, tsunami, banjir bandang, gunung meletus, angin topan dan lain-lainnya. Dari kejadian tersebut banyak kita jumpai kerusakan parah, mulai bangunan yang roboh, pohon tumbang dan sebagainya belum lagi ditambah dengan banyaknya korban yang menderita atau yang sudah meninggal dunia

    Pesan Riil atau Ancaman atau Peringatan


       Ibarat sms yang masuk handphone kita, ketika pesan tersebut berisikan kalimat-kalimat serta membuat hati senang, tentulah kita akan bahagia. Tetapi bagaimana sebaliknya., ada sms yang berupa ancaman atau hanya sekedar peringatan, pastilah kita akan menanggapinya dengan hati yang penuh dengan rasa takut atau ragu-ragu.
    Begitu pula dengan terjadinya fenomena alam yang diluar ambang batas manusia yang bersifat merusak. Entah itu berupa gempa bumi, tsunami, banjir bandang, gunung meletus Tentu menjadikan semua orang menjadi khawatir, was-was, galau, dan ketakutan
    Karena kerusakan yang begitu parah serta banyaknya korban inilah yang mencerminkan gambaran kecil datangnya Hari Kiamat kelak (Kiamat Kubra), oleh sebab itulah kerusakakan yang begitu parah karena terjadinya fenomena alam di suatu bagian negara juga disebut dengan istilah (Kiamat Sughra).


Saturday, February 25, 2017

PENGERTIAN AL-ISLAM, TERHADAP AGAMA DAN SEBAGAI KEBENARAN


Pengertian Al-islam

       Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.Pengertian Islam secara  harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar “selamat” (Salama).Pengertian Islam menurut bahasa, yaitu: Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.

1. Berasal dari ‘salm’ (السَّلْم) yang berarti damai.2. Berasal dari kata ‘aslama’ (أَسْلَمَ) yang berarti menyerah.3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada Allah.4. Berasal dari kata ‘saliim’ (سَلِيْمٌ) yang berarti bersih dan suci.5. Berasal dari ‘salam’ (سَلاَمٌ) yang berarti selamat dan sejahtera.Adapun Pengertian Islam Menurut Istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul Islam), Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’ 
  1. Islam sebagai wahyu ilahi .
  2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW).
  3. Sebagai pedoman hidup.
  4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW.
  5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus.
  6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Pandangan islam terhadap agama
  • Agama Islam Memandang Agama Lain
Alquran mengariskan bahwa perbedaan adalah kehendak Ilahi yang berlaku dalam kehidupan ini, demi kelangsungan hidup manusia. Karena itu, seorang Muslim memahami, bahwa perbedaan agama adalah kenyataan yang dikehendaki Allah. Dalam Alquran ada tertulis:Untuk tiap-tiap umat di antara kamu Kami berikan aturan dan jalan. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu menyangkut anugerah-Nya kepadamu, maka berlomba-lomba berbuat kebajikan (Q.s.5: 48).Ayat di atas menegaskan bahwa seorang muslim akan memahami bahwa perbedaan agama dan karenanya pula perbedaan pendapat adalah kehendak Allah. Untuk menjamin terwujudnya persaudaraan di antara sesama umat manusia, Allah memberikan beberapa petunjuk sesuai dengan jenis setiap persaudaraan. Al-Qur’an menganjurkan kita (umat Islam) untuk mencari titik singgung dan titik temu antar-agama.Adapun memandang agama lain adalah:  Pertama, Islam mengajarkan bahwa agama Tuhan adalah universal, karena Tuhan telah mengutus Rasul-Nya kepada setiap umat manusia. Kedua, Islam mengajarkan pandangan tentang kesatuan nubuwwah (kenabian) dan umat yang percaya kepada Tuhan. Ketiga, agama yang dibawa Nabi Muhammad adalah kelanjutan langsung agama-agama sebelumnya, khususnya yang secara “genealogis”  paling dekat ialah agama-agama Semitik-Abrahamik. Keempat, umat Islam diperintahkan untuk menjaga hubungan yang baik dengan orang-orang beragama lain, khususnya para penganut kitab suci (Ahl al-Kitab). Semua prinsip itu mengarah pada ajaran “tidak boleh ada paksaan dalam agama”.
  • Sikap Ekslusif Islam terhadap Agama Lain
Dalam Surah Ali Imran 3:85 berbunyi: Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam maka sekali-kali tidak akan diterima, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi. Dan surah Ali Imran 3:19 berbunyi: Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.Ciri sikap ekslusif dalam Islam -- yang menganggap bahwa kebenaran dan keselamatan (truth and salvation) suatu agama, menjadi monopoli agama tertentu. Sementara agama lain, diberlakukan bahkan ditetapkan standar lain yang sama sekali berbeda; “salah dan karenanya tersesat ditengah jalan”. Hal ini sudah masuk ke wilayahstate of mind kita. Cara pandang suatu komunitas agama (religious community) terhadap agama lain, dengan menggunakan cara pandang agamanya sendiri. Teologi Ekslusif; tanpa menyisakan ruang toleransi untuk berempati, apalagi simpati; “bagaimana orang lain memandang agamanya sendiri”.Yang utama dalam agama Islam adalah beriman kepada Allah Yang Mahakuasa, yang dengan kuat ditegakkan oleh Nabi Muhammad saw. Keselamatan dicapai oleh semua orang yang tunduk kepada Allah, yaitu hidup menurut aturanNya sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Alquran diterima sebagai wahyu yang langsung dari Allah hingga Nabi Muhammad saw (melalui Malaikat Jibril) dan karenanya hal itu menjadi dasar bagi semua ajaran Islam.Sikap Inklusif Islam terhadap Agama LainDari segi teologis, Islam memberikan landasan agamawi bagi para pemeluknya untuk menerima keberadaan agama-agama lain dan untuk mengadakan hubungan baik dengan agama-agama lain. Sikap umat Islam terhadap agama lain dan pola hubungan mereka dengan umat agama-agama lain dijelaskan oleh Kitab Suci Al-quran dan sesuai dengan konteks zamannya diterjemahkan oleh Nabi Muhammad dalam kehidupan bermasyarakat sebagaimana terabadikan dalam sunnah nabawi atau tradisi kenabian.Ide utama dari teologi inklusif adalah pemahamannya untuk memahami pesan Tuhan. Semua kitab suci (Injil, Zabur, Taurat dan Al-Quran) itu pesan Tuhan, diantaranya pesan Taqwa (QS, 4:131). Taqwa disini bukan sekedar tafsiran klasik, seperti sikap patuh kehadirat Tuhan. Sebagaimana Cak Nur paparkan bahwa :“Pesan Tuhan itu bersifat universal dan merupakan kesatuan esensial semua agama samawi, yang mewarisi Abrahamic Religion, yakni Yahudi (Nabi Musa), Kristen (Nabi Isa), dan Islam (Nabi Muhammad). Lewat firman-Nya Tuhan menekankan agar kita berpegang teguh kepada agama Itu, karena hakikat dasar agama-agama itu (sebagai pesan Tuhan) adalah satu dan sama . Agama Tuhan, pada esensinya sama, baik yang diberikan kepada Nabi Nuh, Musa, Isa atau kepada Nabi Muhammad.
  • Sikap Pluralis Menurut Agama Islam
Secara etimologi, pluralisme agama, berasal dari dua kata, yaitu "pluralisme" dan "agama". Dalam bahasa Arab diterjemahkan "al-ta'addudiyyah al-diniyyah"6 dan dalam bahasa Inggris "religious pluralism". Oleh karena istilah pluralisme agama berasal dari bahasa Inggris, maka untuk mendefinisikannya secara akurat harus merujuk kepada kamus bahasa tersebut. Pluralism berarti "jama'" atau lebih dari satu.Al-Qur'an (Q.S. al-Baqarah [2]: 148), mengakui masyarakat terdiri berbagai macam komunitas yang memiliki orientasi kehidupan sendiri-sendiri. Manusia harus menerima kenyataan keragaman budaya dan agama serta memberikan toleransi kepada masing-masing komunitas dalam menjalankan ibadahnya. Pada dasarnya setiap manusia mempunyai kebebasan untuk meyakini agama yang dipilihnya dan beribadat menurut keyakinan tersebut. Dalam Al-Qur'an banyak ayat yang berbicara tentang penerimaan petunjuk atau agama Allah. Penerimaan terhadap sebuah keyakinan agama adalah pilihan bebas yang bersifat personal. Barang siapa yang sesat berarti ia menyesatkan dirinya sendiri (QS. al-Isra’[17]:15). Orang yang mendapat petunjuk yang benar tidak akan ada yang menyesatkannya (QS. al-Zumar [39]: 37) dan orang yang sesat dari jalan yang benar tidak akan ada yang dapat menunjukinya selain Allah (Qs. al-Zumar [39]: 9). Selain prinsip tidak ada paksaan dalam agama (QS al-Baqarah [2]: 256), juga dikenal prinsif "untuk kalian agama kalian, dan untukku agamaku". (QS al- Kafirun [109]: 6).
  • Etika Islam Terhadap Agama Lain (Kafir)
Orang Islam berkeyakinan bahwa selain agama Islam, seluruh agama itu batil, para penganutnya adalah kafir. Islam adalah agama yang hak, begitu juga kebenaran mengikutinya karena sesungguhnya yang benar-benar mengikutinya termasuk orang-orang beriman dan berserah diri. (Al-Dzariyat: 56; Ali Imran: 85; Al-Maidah: 3). Dengan adanya berita-berita yang benar dari Allah, maka orang Islam berkeyakinan bahwa agama-agama yang datang sebelum Islam terhapus oleh Islam. Islam itu sendiri merupakan agama bagi seluruh manusia yang bersifat universal. Allah tidak akan menerima agama seseorang selain agama Islam, dan tidak meridai selain syariatNya. Dari sini orang Islam berkeyakinan bahwa orang yang tidak beragama dengan agama Allah adalah kafir.

Islam Sebagai Kebenaran

         Sebagai agama samawi, Islam haruslah memiliki kebenaran mutlak diantara klaim kebenaran-kebenaran lain. Artinya, sebagai aturan Tuhan yang mengatur perikehidupan umat manusia, Islam adalah satu-satunya aturan yang wajib diikuti oleh semua umat manusia.Maka, apapun agama yang dipeluk seseorang, dia haruslah mau menyerahkan jiwa raganya dalam aturan Tuhan. Ini jika seseorang tersebut masih mengakui agamanya yang paling benar.Tidaklah berlebihan jika Al Quran memberikan batasan, bahwa belumlah seseorang itu disebut “beragama” jika belum bisa mengamalkan seluruh isi kitab Taurat, Injil, maupun Al Quran. Maknanya, karena seluruh kitab-kitab agama samawi itu berasal dari Tuhan, maka setiap pemeluk agama-agama tersebut harus mengimani secara utuh semua kitab itu.

         Sebab, turunnya kitab-kitab dan Rasul yang mengiringi secara berturut-turut itu, dalam rangka penyempurnaan yang disesuaikan dengan situasi/kondisi kehidupan atau perkembangan peradaban zaman. Maka, setiap pergantian hukum atau syariat yang dibawa kitan dan Rasul berikutnya, haruslah diimani dan dipatuhi kebenarannya. Seorang pengikut Musa AS boleh dianggap benar jika ia mengimani dan mematuhi ajaran Rasul Isa AS yang turun kemudian. Berlanjut kepada pengikut Rasul Isa AS, mereka bisa dianggap setia dan konsisten keimanannya jika mereka percaya dan mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad SAW beserta perangkat perubahan syariat yang dibawa beliau. Islam itu ajaran yang menekankan kepatuhan hamba pada Tuhannya. Termasuk harus patuhnya seseorang hamba terhadap keputusan Tuhan untuk mengutus Rasul berikutnya sebagai penyempurna ajaran agama sebelumnya. Dengan demikian, meski pada lahirnya seseorang mengaku Muslim, tapi ia tidak mencerminkan kepribadian yang patuh tunduk pada semua ketentuan Tuhan, maka bohonglah pengakuan dan klaim Muslimnya.

          Sebaliknya, bila pada awalnya seorang hamba itu bukan Islam tapi kemudian dia patuh menerima perubahan dan penyempurnaan aturan Tuhan yang dibawa Rasulullah Muhammad, serta ia mau meninggalkan tabiat/ritual lama, maka Muslimlah dia. Berangkat dari konsep itu, maka ajaran Islam memandang manusia sebagai sesama saudara yang wajib diajak kembali pada kebenaran, tidak terkecuali yang lahirnya mengaku telah Islam.Ajaran Islam mengenal satu musuh bersama, musuh semua manusia, yakni setan yang bersembunyi di hati. Dialah satu-satunya lawan yang harus diperangi dari jiwa ini, diusir dari hati, dan disingkirkan dari kehidupan manusia. Jikapun ada perintah perang dalam Al Quran, sifatnya sangat darurat dan harus mempertimbangkan berbagai pilihan keputusan. Misalnya jika dinilai sudah tidak bisa lagi diperingatkan secara persuasif, lalu mereka bersatu dengan setan dan dikuatirkan bila dibiarkan akan menulari manusia yang sehat imannya, menjangkiti lebih banyak korban lagi. Pun demikian, pada orang semacam itu masih diberikan kesempatan bertaubat bila mau insyaf menyadari kekeliruannya.