Pengertian Al-islam
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar “selamat” (Salama).Pengertian Islam menurut bahasa, yaitu: Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.
1. Berasal dari ‘salm’ (السَّلْم) yang berarti damai.2. Berasal dari kata ‘aslama’ (أَسْلَمَ) yang berarti menyerah.3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada Allah.4. Berasal dari kata ‘saliim’ (سَلِيْمٌ) yang berarti bersih dan suci.5. Berasal dari ‘salam’ (سَلاَمٌ) yang berarti selamat dan sejahtera.Adapun Pengertian Islam Menurut Istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul Islam), Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’
- Islam sebagai wahyu ilahi .
- Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW).
- Sebagai pedoman hidup.
- Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW.
- Membimbing manusia ke jalan yang lurus.
- Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pandangan islam terhadap agama
- Agama Islam Memandang Agama Lain
Alquran mengariskan bahwa perbedaan adalah kehendak Ilahi yang berlaku dalam kehidupan ini, demi kelangsungan hidup manusia. Karena itu, seorang Muslim memahami, bahwa perbedaan agama adalah kenyataan yang dikehendaki Allah. Dalam Alquran ada tertulis:Untuk tiap-tiap umat di antara kamu Kami berikan aturan dan jalan. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu menyangkut anugerah-Nya kepadamu, maka berlomba-lomba berbuat kebajikan (Q.s.5: 48).Ayat di atas menegaskan bahwa seorang muslim akan memahami bahwa perbedaan agama dan karenanya pula perbedaan pendapat adalah kehendak Allah. Untuk menjamin terwujudnya persaudaraan di antara sesama umat manusia, Allah memberikan beberapa petunjuk sesuai dengan jenis setiap persaudaraan. Al-Qur’an menganjurkan kita (umat Islam) untuk mencari titik singgung dan titik temu antar-agama.Adapun memandang agama lain adalah: Pertama, Islam mengajarkan bahwa agama Tuhan adalah universal, karena Tuhan telah mengutus Rasul-Nya kepada setiap umat manusia. Kedua, Islam mengajarkan pandangan tentang kesatuan nubuwwah (kenabian) dan umat yang percaya kepada Tuhan. Ketiga, agama yang dibawa Nabi Muhammad adalah kelanjutan langsung agama-agama sebelumnya, khususnya yang secara “genealogis” paling dekat ialah agama-agama Semitik-Abrahamik. Keempat, umat Islam diperintahkan untuk menjaga hubungan yang baik dengan orang-orang beragama lain, khususnya para penganut kitab suci (Ahl al-Kitab). Semua prinsip itu mengarah pada ajaran “tidak boleh ada paksaan dalam agama”.
- Sikap Ekslusif Islam terhadap Agama Lain
Dalam Surah Ali Imran 3:85 berbunyi: Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam maka sekali-kali tidak akan diterima, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi. Dan surah Ali Imran 3:19 berbunyi: Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.Ciri sikap ekslusif dalam Islam -- yang menganggap bahwa kebenaran dan keselamatan (truth and salvation) suatu agama, menjadi monopoli agama tertentu. Sementara agama lain, diberlakukan bahkan ditetapkan standar lain yang sama sekali berbeda; “salah dan karenanya tersesat ditengah jalan”. Hal ini sudah masuk ke wilayahstate of mind kita. Cara pandang suatu komunitas agama (religious community) terhadap agama lain, dengan menggunakan cara pandang agamanya sendiri. Teologi Ekslusif; tanpa menyisakan ruang toleransi untuk berempati, apalagi simpati; “bagaimana orang lain memandang agamanya sendiri”.Yang utama dalam agama Islam adalah beriman kepada Allah Yang Mahakuasa, yang dengan kuat ditegakkan oleh Nabi Muhammad saw. Keselamatan dicapai oleh semua orang yang tunduk kepada Allah, yaitu hidup menurut aturanNya sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Alquran diterima sebagai wahyu yang langsung dari Allah hingga Nabi Muhammad saw (melalui Malaikat Jibril) dan karenanya hal itu menjadi dasar bagi semua ajaran Islam.Sikap Inklusif Islam terhadap Agama LainDari segi teologis, Islam memberikan landasan agamawi bagi para pemeluknya untuk menerima keberadaan agama-agama lain dan untuk mengadakan hubungan baik dengan agama-agama lain. Sikap umat Islam terhadap agama lain dan pola hubungan mereka dengan umat agama-agama lain dijelaskan oleh Kitab Suci Al-quran dan sesuai dengan konteks zamannya diterjemahkan oleh Nabi Muhammad dalam kehidupan bermasyarakat sebagaimana terabadikan dalam sunnah nabawi atau tradisi kenabian.Ide utama dari teologi inklusif adalah pemahamannya untuk memahami pesan Tuhan. Semua kitab suci (Injil, Zabur, Taurat dan Al-Quran) itu pesan Tuhan, diantaranya pesan Taqwa (QS, 4:131). Taqwa disini bukan sekedar tafsiran klasik, seperti sikap patuh kehadirat Tuhan. Sebagaimana Cak Nur paparkan bahwa :“Pesan Tuhan itu bersifat universal dan merupakan kesatuan esensial semua agama samawi, yang mewarisi Abrahamic Religion, yakni Yahudi (Nabi Musa), Kristen (Nabi Isa), dan Islam (Nabi Muhammad). Lewat firman-Nya Tuhan menekankan agar kita berpegang teguh kepada agama Itu, karena hakikat dasar agama-agama itu (sebagai pesan Tuhan) adalah satu dan sama . Agama Tuhan, pada esensinya sama, baik yang diberikan kepada Nabi Nuh, Musa, Isa atau kepada Nabi Muhammad.”
- Sikap Pluralis Menurut Agama Islam
Secara etimologi, pluralisme agama, berasal dari dua kata, yaitu "pluralisme" dan "agama". Dalam bahasa Arab diterjemahkan "al-ta'addudiyyah al-diniyyah"6 dan dalam bahasa Inggris "religious pluralism". Oleh karena istilah pluralisme agama berasal dari bahasa Inggris, maka untuk mendefinisikannya secara akurat harus merujuk kepada kamus bahasa tersebut. Pluralism berarti "jama'" atau lebih dari satu.Al-Qur'an (Q.S. al-Baqarah [2]: 148), mengakui masyarakat terdiri berbagai macam komunitas yang memiliki orientasi kehidupan sendiri-sendiri. Manusia harus menerima kenyataan keragaman budaya dan agama serta memberikan toleransi kepada masing-masing komunitas dalam menjalankan ibadahnya. Pada dasarnya setiap manusia mempunyai kebebasan untuk meyakini agama yang dipilihnya dan beribadat menurut keyakinan tersebut. Dalam Al-Qur'an banyak ayat yang berbicara tentang penerimaan petunjuk atau agama Allah. Penerimaan terhadap sebuah keyakinan agama adalah pilihan bebas yang bersifat personal. Barang siapa yang sesat berarti ia menyesatkan dirinya sendiri (QS. al-Isra’[17]:15). Orang yang mendapat petunjuk yang benar tidak akan ada yang menyesatkannya (QS. al-Zumar [39]: 37) dan orang yang sesat dari jalan yang benar tidak akan ada yang dapat menunjukinya selain Allah (Qs. al-Zumar [39]: 9). Selain prinsip tidak ada paksaan dalam agama (QS al-Baqarah [2]: 256), juga dikenal prinsif "untuk kalian agama kalian, dan untukku agamaku". (QS al- Kafirun [109]: 6).
- Etika Islam Terhadap Agama Lain (Kafir)
Orang Islam berkeyakinan bahwa selain agama Islam, seluruh agama itu batil, para penganutnya adalah kafir. Islam adalah agama yang hak, begitu juga kebenaran mengikutinya karena sesungguhnya yang benar-benar mengikutinya termasuk orang-orang beriman dan berserah diri. (Al-Dzariyat: 56; Ali Imran: 85; Al-Maidah: 3). Dengan adanya berita-berita yang benar dari Allah, maka orang Islam berkeyakinan bahwa agama-agama yang datang sebelum Islam terhapus oleh Islam. Islam itu sendiri merupakan agama bagi seluruh manusia yang bersifat universal. Allah tidak akan menerima agama seseorang selain agama Islam, dan tidak meridai selain syariatNya. Dari sini orang Islam berkeyakinan bahwa orang yang tidak beragama dengan agama Allah adalah kafir.
Islam Sebagai Kebenaran
Sebagai agama samawi, Islam haruslah memiliki kebenaran mutlak diantara klaim kebenaran-kebenaran lain. Artinya, sebagai aturan Tuhan yang mengatur perikehidupan umat manusia, Islam adalah satu-satunya aturan yang wajib diikuti oleh semua umat manusia.Maka, apapun agama yang dipeluk seseorang, dia haruslah mau menyerahkan jiwa raganya dalam aturan Tuhan. Ini jika seseorang tersebut masih mengakui agamanya yang paling benar.Tidaklah berlebihan jika Al Quran memberikan batasan, bahwa belumlah seseorang itu disebut “beragama” jika belum bisa mengamalkan seluruh isi kitab Taurat, Injil, maupun Al Quran. Maknanya, karena seluruh kitab-kitab agama samawi itu berasal dari Tuhan, maka setiap pemeluk agama-agama tersebut harus mengimani secara utuh semua kitab itu.
Sebab, turunnya kitab-kitab dan Rasul yang mengiringi secara berturut-turut itu, dalam rangka penyempurnaan yang disesuaikan dengan situasi/kondisi kehidupan atau perkembangan peradaban zaman. Maka, setiap pergantian hukum atau syariat yang dibawa kitan dan Rasul berikutnya, haruslah diimani dan dipatuhi kebenarannya. Seorang pengikut Musa AS boleh dianggap benar jika ia mengimani dan mematuhi ajaran Rasul Isa AS yang turun kemudian. Berlanjut kepada pengikut Rasul Isa AS, mereka bisa dianggap setia dan konsisten keimanannya jika mereka percaya dan mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad SAW beserta perangkat perubahan syariat yang dibawa beliau. Islam itu ajaran yang menekankan kepatuhan hamba pada Tuhannya. Termasuk harus patuhnya seseorang hamba terhadap keputusan Tuhan untuk mengutus Rasul berikutnya sebagai penyempurna ajaran agama sebelumnya. Dengan demikian, meski pada lahirnya seseorang mengaku Muslim, tapi ia tidak mencerminkan kepribadian yang patuh tunduk pada semua ketentuan Tuhan, maka bohonglah pengakuan dan klaim Muslimnya.
Sebaliknya, bila pada awalnya seorang hamba itu bukan Islam tapi kemudian dia patuh menerima perubahan dan penyempurnaan aturan Tuhan yang dibawa Rasulullah Muhammad, serta ia mau meninggalkan tabiat/ritual lama, maka Muslimlah dia. Berangkat dari konsep itu, maka ajaran Islam memandang manusia sebagai sesama saudara yang wajib diajak kembali pada kebenaran, tidak terkecuali yang lahirnya mengaku telah Islam.Ajaran Islam mengenal satu musuh bersama, musuh semua manusia, yakni setan yang bersembunyi di hati. Dialah satu-satunya lawan yang harus diperangi dari jiwa ini, diusir dari hati, dan disingkirkan dari kehidupan manusia. Jikapun ada perintah perang dalam Al Quran, sifatnya sangat darurat dan harus mempertimbangkan berbagai pilihan keputusan. Misalnya jika dinilai sudah tidak bisa lagi diperingatkan secara persuasif, lalu mereka bersatu dengan setan dan dikuatirkan bila dibiarkan akan menulari manusia yang sehat imannya, menjangkiti lebih banyak korban lagi. Pun demikian, pada orang semacam itu masih diberikan kesempatan bertaubat bila mau insyaf menyadari kekeliruannya.
No comments:
Post a Comment